JAKARTA - Persaingan di segmen MPV premium kini mengalami perubahan signifikan setelah Denza D9, mobil listrik premium dari BYD, resmi diperkenalkan di Indonesia. Kehadiran mobil listrik ini tidak hanya menambah pilihan bagi konsumen yang menginginkan kenyamanan dan teknologi ramah lingkungan, tetapi juga berimbas langsung pada pasar mobil bekas, terutama pada Toyota Alphard, salah satu MPV premium paling populer selama ini.
Menurut Peter, pengelola Lapak Mobil di Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua, penjualan Alphard saat ini mengalami perlambatan drastis. Bahkan, harga jualnya kini menurun dibandingkan sebelum Denza D9 meluncur.
“Alphard turun banyak harganya. Yang lansiran tahun 2021 enggak sampai Rp 900 juta sekarang. Dulu sebelum Denza D9 keluar, produksi tahun 2021 bisa jual di atas Rp 1 miliar. Tahun 2024 masih bisa Rp 1 miliar minimal banget. Sekarang paling Rp 850 juta sampai Rp 880 juta, tergantung kondisi,” jelas Peter saat ditemui di WTC Mangga Dua.
Penurunan harga ini tidak hanya terjadi pada Alphard lawas, tetapi juga dirasakan pada Alphard Hybrid keluaran 2024, meski jumlah unit yang masuk bursa mobil bekas masih terbatas. Menurut Peter, konsumen yang ingin menjual Alphard Hybrid kemungkinan besar akan menawarkan harga di bawah Rp 1 miliar. Hal ini karena Denza D9 baru dibanderol sekitar Rp 950 juta, yang membuat Alphard Hybrid harus menyesuaikan harga agar kompetitif di pasar.
“Kalau ada yang jual, saya rasa Toyota Alphard hybrid bekas bisa di bawah Rp 1 miliar karena susah jualnya. Denza D9 baru saja Rp 950 juta. Jadi Alphard Hybrid juga kena efeknya,” tambah Peter.
Konsumen Beralih ke Denza D9 karena Hitung-Hitungannya Lebih Menguntungkan
Peter menambahkan, peralihan konsumen ke Denza D9 disebabkan oleh pertimbangan biaya operasional dan kemudahan pemakaian. Banyak pengguna MPV premium merasa lebih menguntungkan memakai mobil listrik.
“Orang kaya pikirnya enggak usah bayar pajak. Pajak Alphard sekitar Rp 20 juta setahun, dipakai 5 tahun sudah Rp 100 juta. Bensin setahun bisa Rp 40 juta lebih, 5 tahun Rp 200 juta. Jadi setahun bisa rugi Rp 300 juta. Kalau pakai Denza, meski sama-sama turun harga, tapi enggak ada maintenance ribet dan lebih hemat,” ujar Peter.
Faktor biaya operasional yang lebih rendah ini membuat Denza D9 semakin diminati. Selain bebas dari pajak tinggi, biaya bahan bakar dan perawatan juga lebih efisien dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin. Kondisi ini membuat Toyota Alphard bekas menumpuk di pasar karena banyak pemilik yang ingin menjual mobilnya, namun pembeli lebih tertarik pada mobil listrik premium yang menawarkan efisiensi dan teknologi terkini.
“Banyak yang jual, jadi pasarnya lagi hancur-hancuran. Waktu itu puluhan orang yang nawarin. Kita sampai enggak berani beli. Alphard di showroom saya masih sisa 1 unit sudah 8 bulan enggak laku. Dari Rp 880 juta sudah turun ke Rp 850 juta, tetap belum kejual,” ungkap Peter.
Denza D9 Bekas Mulai Dicari, Harga Masih Kompetitif
Marko Kurniawan, pemilik showroom 689 Mobilindo di WTC Mangga Dua, menambahkan bahwa Denza D9 bekas kini mulai dicari. Meskipun baru satu tahun usia mobil, harga mobil bekas listrik ini juga mulai menurun secara wajar, namun masih lebih kompetitif dibanding Alphard bekas.
“Harga kita pernah jual masih Denza D9 di bawah Rp 800 juta, sekitar Rp 780 juta tergantung kondisi. Tahun 2024-2025 karena baru setahun, start di Rp 750 juta sampai Rp 800 juta tergantung kilometer dan kondisi mobil,” kata Marko.
Kehadiran Denza D9 membuat peta pasar MPV mewah bergeser. Mobil listrik asal China ini memberikan alternatif bagi konsumen yang ingin mobil premium dengan biaya operasional lebih rendah, fitur teknologi terkini, dan tetap nyaman untuk keluarga. Toyota Alphard, yang selama ini menjadi primadona MPV premium, kini menghadapi tantangan baru.
Perubahan Dinamika Pasar MPV Premium
Dengan hadirnya Denza D9, persaingan di pasar MPV premium bukan hanya soal harga awal, tetapi juga total biaya kepemilikan. Mobil listrik seperti Denza D9 menawarkan efisiensi bahan bakar, bebas pajak kendaraan bermotor, serta perawatan yang lebih sederhana dibanding kendaraan bensin atau hybrid.
Dampaknya terlihat jelas pada mobil bekas Alphard. Harga turun, unit menumpuk, dan konsumen semakin selektif. Fenomena ini menjadi bukti nyata bagaimana inovasi mobil listrik mulai memengaruhi perilaku pasar dan keputusan membeli kendaraan di segmen premium.
Sementara itu, minat terhadap Denza D9 bekas juga menunjukkan adanya kepercayaan konsumen terhadap mobil listrik premium, yang dianggap lebih modern dan hemat biaya. Pasar mobil bekas kini semakin dinamis, dengan pergeseran minat dari MPV berbahan bakar konvensional ke kendaraan listrik yang menawarkan kombinasi performa, kenyamanan, dan efisiensi.
Era Baru Pasar MPV Premium Indonesia
Kehadiran Denza D9 menandai era baru bagi MPV premium di Indonesia. Tidak hanya menambah pilihan mobil listrik untuk konsumen, tetapi juga memengaruhi harga dan permintaan Toyota Alphard bekas.
Dengan biaya operasional lebih rendah, teknologi canggih, dan harga kompetitif, Denza D9 menjadi magnet bagi konsumen yang mengutamakan efisiensi jangka panjang. Sementara itu, Toyota Alphard harus menyesuaikan strategi di pasar bekas agar tetap kompetitif.
Perubahan ini menunjukkan bahwa era mobil listrik premium telah tiba, dan pasar MPV premium kini semakin dinamis, kompetitif, dan berorientasi pada efisiensi. Bagi konsumen, hal ini berarti lebih banyak pilihan, baik dari segi harga maupun teknologi, untuk memenuhi kebutuhan kendaraan keluarga dan gaya hidup modern.