JAKARTA - Kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat terus meningkat seiring bertambahnya informasi tentang risiko konsumsi gula berlebih.
Banyak orang mulai mencari alternatif pemanis yang dianggap lebih aman, salah satunya stevia. Pemanis alami ini kerap dipilih karena menawarkan rasa manis tanpa tambahan kalori.
Stevia berasal dari daun tanaman Stevia rebaudiana dan memiliki tingkat kemanisan jauh lebih tinggi dibandingkan gula pasir. Karena karakteristik tersebut, penggunaannya hanya memerlukan sedikit takaran untuk memberikan rasa manis yang setara. Hal inilah yang membuat stevia semakin populer sebagai pengganti gula.
Melansir dari Health Selasa 23 Desember 2025, stevia tidak mengandung kalori maupun karbohidrat. Kondisi ini menjadikannya pilihan bagi orang yang ingin mengurangi konsumsi gula, menjaga berat badan, atau mengontrol kadar gula darah. Penggunaan stevia dinilai mampu membantu menekan asupan gula harian, terutama bagi penderita diabetes atau mereka yang menjalani pola makan rendah kalori.
Meski menawarkan berbagai keunggulan, stevia tetap perlu digunakan secara bijak. Konsumsi berlebihan dapat memicu efek samping tertentu, khususnya pada sistem pencernaan. Oleh karena itu, memahami dampak dan cara penggunaannya menjadi hal penting sebelum menjadikan stevia sebagai pemanis utama.
Potensi Masalah Dan Risiko Konsumsi Stevia
Stevia sering dianggap sebagai alternatif gula yang lebih sehat karena berasal dari tanaman alami dan rendah kalori. Namun, tidak semua produk stevia memiliki kualitas yang sama. Perbedaan kandungan dan proses produksi dapat memengaruhi dampaknya bagi tubuh.
Tidak semua produk stevia yang beredar di pasaran merupakan stevia murni. Sebagian produk mengandung komponen tanaman lain atau zat tambahan. Hanya stevia dengan tingkat kemurnian tinggi, yakni 95 persen atau lebih, yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan oleh Food and Drug Administration. Stevia dengan kemurnian rendah tidak direkomendasikan karena efeknya terhadap kesehatan belum diketahui secara pasti.
Selain itu, stevia juga berpotensi menimbulkan efek samping. Beberapa orang melaporkan gangguan pencernaan setelah mengonsumsinya, seperti sakit perut, mual, muntah, perut kembung, atau munculnya gas berlebih. Reaksi ini dapat berbeda pada setiap individu, tergantung kondisi tubuh dan jumlah konsumsi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kandungan bahan tambahan. Bahkan stevia dengan kemurnian tinggi terkadang dicampur dengan pemanis lain, bahan pengisi, atau perisa tambahan. Tujuannya untuk meniru rasa, tekstur, dan fungsi gula dalam berbagai resep makanan dan minuman.
Beberapa penelitian juga menyoroti kemungkinan pengaruh stevia terhadap kesehatan usus. Pemanis tertentu diketahui dapat mengurangi jumlah bakteri baik dan meningkatkan bakteri jahat di saluran pencernaan. Meski demikian, dampak stevia terhadap mikrobiota usus masih menunjukkan hasil yang beragam dan belum dapat disimpulkan secara pasti.
Manfaat Stevia Sebagai Pengganti Gula
Mengganti gula dengan stevia dapat memberikan sejumlah manfaat kesehatan, terutama bagi mereka yang ingin mengontrol asupan kalori. Salah satu keunggulan utama stevia adalah tidak mengandung kalori maupun karbohidrat. Hal ini sangat membantu bagi orang yang menjalani diet rendah kalori, diet keto, atau penderita diabetes.
Stevia juga dikenal tidak meningkatkan kadar gula darah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa teh yang diberi stevia tidak menyebabkan perubahan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe dua. Sifat ini menjadikan stevia alternatif yang relatif aman dibandingkan gula pasir.
Selain itu, mengganti gula dengan stevia diduga berpotensi membantu menurunkan kadar gula darah. Meski bukti ilmiah yang mendukung klaim ini masih terbatas, beberapa penelitian awal menunjukkan adanya kemungkinan manfaat tersebut.
Manfaat lain yang juga sering dikaitkan dengan stevia adalah potensi menurunkan tekanan darah. Sejumlah penelitian mengindikasikan bahwa stevia mungkin memiliki efek positif terhadap tekanan darah, meskipun data yang tersedia masih sangat terbatas dan memerlukan penelitian lanjutan.
Dalam konteks pengelolaan berat badan, stevia dapat membantu mengurangi asupan gula harian. Karena tidak mengandung kalori, penggunaan stevia sebagai pengganti gula berpotensi mendukung upaya menjaga berat badan. Sebuah studi menemukan bahwa penggunaan stevia dapat membantu individu mempertahankan berat badan ideal.
Bijak Menggunakan Stevia Dalam Pola Makan
Meski stevia menawarkan berbagai manfaat, penggunaannya tetap perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi tubuh masing-masing. Mengandalkan stevia secara berlebihan bukanlah solusi tunggal untuk hidup sehat, terutama jika pola makan secara keseluruhan masih kurang seimbang.
Memilih produk stevia dengan tingkat kemurnian tinggi menjadi langkah awal yang penting. Membaca label komposisi dapat membantu memastikan bahwa produk yang dikonsumsi tidak mengandung terlalu banyak bahan tambahan yang berpotensi mengurangi manfaatnya.
Selain itu, penting untuk memperhatikan reaksi tubuh setelah mengonsumsi stevia. Jika muncul gangguan pencernaan atau keluhan lain, sebaiknya mengurangi konsumsi atau berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Mengganti gula dengan stevia sebaiknya dibarengi dengan pola makan sehat dan gaya hidup aktif. Dengan pendekatan yang seimbang, stevia dapat menjadi alternatif pemanis yang membantu mengurangi konsumsi gula tanpa mengorbankan rasa manis yang diinginkan.
Pada akhirnya, stevia bukan sekadar pengganti gula, melainkan bagian dari upaya mengelola asupan harian secara lebih sadar. Penggunaan yang bijak dan terkontrol akan membantu memaksimalkan manfaatnya sekaligus meminimalkan risiko bagi kesehatan tubuh.