SAHAM

Potensi Saham Indonesia Belum Habis

Potensi Saham Indonesia Belum Habis
Potensi Saham Indonesia Belum Habis

JAKARTA - Banyak investor mungkin bertanya-tanya, apakah pasar saham Indonesia masih menyimpan peluang setelah melalui periode ketidakpastian dan tekanan yang terjadi beberapa bulan terakhir. Meski indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat berfluktuasi, lembaga keuangan global seperti JP Morgan Indonesia menilai bahwa masih ada ruang besar bagi saham-saham unggulan untuk kembali bersinar.

Menurut pandangan JP Morgan Indonesia, laporan kinerja kuartal kedua emiten di tahun 2025 memang menegaskan adanya kelemahan, namun kondisi itu sudah lama tercermin dalam harga pasar. Dengan kata lain, valuasi yang terlihat murah saat ini justru membuka peluang baru bagi investor, terutama jika kebijakan moneter memberikan dukungan tambahan.

JP Morgan memperkirakan bahwa pelonggaran suku bunga akan menjadi katalis penting yang mampu mendorong revaluasi pasar ekuitas Indonesia. Saat ini, saham di Indonesia diperdagangkan pada valuasi sekitar 12 kali price to earning (P/E), sebuah level yang dianggap menarik. Selain itu, arus dana asing berpotensi kembali meningkat jika tekanan eksternal maupun internal dapat dikendalikan. Inilah alasan mengapa masih banyak saham bagus dengan valuasi yang relatif murah dan bisa menjadi incaran investor.

Prospek Ekonomi Masih Kuat

Meski ada volatilitas di pasar, JP Morgan menegaskan bahwa prospek ekonomi Indonesia untuk sisa tahun 2025 tetap menjanjikan. Hal ini didorong oleh sejumlah faktor, mulai dari stimulus fiskal, kesepakatan perdagangan, hingga kebijakan moneter yang semakin longgar. Semua hal tersebut membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memberi sinyal positif bagi investor pasar modal.

CEO & Senior Country Officer JP Morgan Indonesia, Gioshia Ralie, menjelaskan bahwa valuasi pasar yang menarik ditambah dengan kebijakan strategis memberikan peluang cerah di sektor tertentu. “Prospek ekonomi Indonesia untuk sisa tahun 2025 tetap menjanjikan, didorong oleh stimulus fiskal, perjanjian perdagangan, dan pelonggaran kebijakan moneter yang membuka jalan bagi pertumbuhan berkelanjutan. Valuasi pasar yang menarik dan kebijakan strategis juga memberi prospek cerah pada sektor-sektor tertentu seperti barang konsumsi, properti, dan perbankan,” ujarnya.

Selain itu, rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) yang baru saja diumumkan menjadi faktor tambahan yang memperkuat optimisme. RAPBN dinilai mampu menyeimbangkan antara dorongan pertumbuhan dengan disiplin fiskal, sehingga tetap memberi kepastian bagi stabilitas ekonomi makro.

Kondisi IHSG di Pasar

Meski optimisme terus digaungkan, kondisi pasar saham masih memperlihatkan pergerakan yang cukup dinamis. IHSG tercatat melemah 0,23% ke level 7.867,34 pada salah satu perdagangan terbaru. Dari jumlah tersebut, ada 398 saham yang bergerak di zona merah, 260 saham menghijau, dan 147 saham stagnan. Namun, dalam periode tiga bulan terakhir, IHSG justru menunjukkan performa impresif dengan kenaikan mencapai 11,68%.

Peningkatan tajam dalam jangka menengah ini menjadi bukti bahwa pasar modal Indonesia masih menyimpan potensi besar. Walau sempat terkoreksi dalam perdagangan harian, tren jangka menengah menunjukkan bahwa investor masih percaya pada fundamental pasar.

Saham-Saham yang Ditinggalkan Asing

Menariknya, di tengah optimisme tersebut, sejumlah saham berkapitalisasi besar justru mencatat net sell yang cukup tinggi dari investor asing. Dalam periode 9 April hingga 4 September 2025, saham perbankan dan sektor lain yang sebelumnya menjadi primadona mengalami tekanan jual.

Beberapa di antaranya adalah saham Bank Central Asia (BBCA) yang mencatat net sell asing hingga Rp12,20 triliun, menjadikannya yang tertinggi. Lalu diikuti oleh Bank Mandiri (BMRI) dengan net sell Rp6,12 triliun, Adaro Energy (ADRO) Rp2,97 triliun, Indofood CBP (ICBP) Rp1,51 triliun, serta Bank Negara Indonesia (BBNI) Rp949,9 miliar.

Meski tekanan jual asing cukup besar, bukan berarti saham-saham tersebut kehilangan fundamentalnya. Justru, bagi sebagian pelaku pasar domestik, kondisi ini bisa dianggap sebagai kesempatan untuk masuk ketika harga berada di level yang lebih murah.

Momentum Bagi Investor

Secara keseluruhan, penilaian JP Morgan memberikan gambaran bahwa pasar saham Indonesia masih berada dalam jalur positif, meski dengan tantangan tertentu. Investor yang jeli bisa memanfaatkan momentum saat harga saham masih di bawah valuasi ideal. Dengan dukungan kebijakan pemerintah, prospek sektor konsumsi, properti, dan perbankan dinilai tetap cerah.

Selain itu, potensi aliran dana asing yang kembali masuk juga akan menjadi penggerak tambahan bagi pasar modal. Apalagi, tren jangka menengah IHSG masih menunjukkan kenaikan yang signifikan. Dengan demikian, bagi investor ritel maupun institusi, saat ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk mulai melirik saham-saham potensial dengan harga yang lebih terjangkau.

Optimisme ini tentu tidak menutup mata terhadap risiko. Investor tetap perlu melakukan analisis menyeluruh sebelum mengambil keputusan, termasuk memahami kondisi makroekonomi dan tren global yang dapat memengaruhi pasar. Namun dengan valuasi yang masih murah dan fundamental ekonomi yang solid, peluang pertumbuhan pasar saham Indonesia di sisa tahun 2025 tetap terbuka lebar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index