JAKARTA - Memasuki musim libur Lebaran tahun 2025, masyarakat Indonesia diimbau untuk lebih berhati-hati terhadap cuaca ekstrem yang diprediksi akan melanda beberapa kawasan di Tanah Air. Hal ini datang sebagai peringatan dari Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, yang menekankan pentingnya memonitor kondisi cuaca selama periode mudik.
Puncak Musim Hujan dan Ancaman La Nina
Dwikorita mengungkapkan, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi selama masa mudik Lebaran. "Beberapa wilayah bahkan akan mengalami intensitas hujan yang sangat tinggi, melampaui 500mm per bulan," jelasnya dalam Rapat Koordinasi Persiapan Mudik Lebaran di Jakarta. Kondisi curah hujan yang demikian, tentunya akan mempengaruhi rencana perjalanan banyak pemudik yang hendak merayakan Lebaran di kampung halaman.
Fenomena La Nina pun disebut sebagai penyebab utama peningkatan intensitas hujan ini. Dilansir dari keterangan resmi BMKG, La Nina lemah diprediksi berlangsung hingga Mei 2025. "Fenomena tersebut berpotensi meningkatkan intensitas hujan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya pada Maret-April 2025," tutur Dwikorita. Menurutnya, sejumlah daerah akan berpotensi mengalami hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Fenomena Modal Gelombang dan MJO
Selain La Nina, BMKG juga mengidentifikasi pengaruh dari aktivitas gelombang ekuator dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang mulai terlihat pada bulan Maret 2025. "Fenomena ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan, terutama di Sumatra bagian utara, dan bergerak menuju bagian barat dan tengah Indonesia hingga pertengahan Maret," terangnya.
Ancaman Banjir Rob
Ancaman tidak hanya datang dari hujan lebat, tetapi juga dari potensi banjir rob di wilayah pesisir Indonesia. Dwikorita menjelaskan, hal ini disebabkan oleh fenomena bulan baru dan purnama yang bertepatan dengan jarak terdekat bumi dan bulan pada akhir Maret dan April. "Wilayah pesisir sangat berpotensi mengalami banjir rob yang bisa mengganggu aktivitas masyarakat," ungkapnya.
Transisi Musim dan Cuaca Ekstrem
Masih dalam paparan Dwikorita, transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau pancaroba akan terjadi pada bulan Maret-April mendatang. Fase ini ditandai dengan cuaca ekstrem seperti hujan lebat berdurasi singkat, petir, angin kencang, hingga potensi terjadinya angin puting beliung dan hujan es di beberapa daerah. "Kondisi ini bisa sangat berbahaya jika tidak diantisipasi dengan baik," tegasnya.
Mitigasi dan Dukungan BMKG
Dalam upaya memastikan kelancaran arus mudik Lebaran 2025, BMKG terus memperkuat koordinasi dengan kementerian, lembaga, dan stakeholder terkait. Salah satunya adalah pengaturan jalur penyeberangan padat seperti Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk berdasarkan kondisi cuaca. "Kami berusaha memastikan keselamatan perjalanan masyarakat melalui Joint SOP," jelas Dwikorita.
BMKG juga menyediakan informasi cuaca yang sangat berguna bagi pemudik. Menggunakan Dynamic Message Sign (DMS), informasi terkini dapat diakses di ruas-ruas tol Jabodetabek dan akan diperluas ke wilayah Jawa Tengah serta Jawa Timur. "Informasi cuaca berbasis dampak atau Impact-Based Forecasting (IBF) juga terus diperbarui secara real-time melalui website, aplikasi InfoBMKG, media sosial, SMS Blast, dan posko-posko BMKG di daerah," paparnya.