Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang mengesankan di awal tahun 2025, dengan laba bersih bank only mencapai Rp 4,73 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 5,8% dibandingkan capaian pada Januari 2024 yang mencapai Rp 4,47 triliun. Kenaikan laba bersih ini seiring dengan peningkatan pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 6,7 triliun, naik 6,7% dari Rp 6,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba bersih ini juga diiringi oleh kinerja solid dari Net Interest Margin (NIM) BCA, yang tercatat sebesar 5,91% pada Januari 2025. Angka ini meningkat 20 basis poin secara year on year (yoy), meskipun mengalami penurunan 12 basis poin secara month on month (MoM), Senin, 17 Februari 2025.
Investment Analyst Lead Stockbit, Rahmanto Tyas Raharja, dalam riset resminya pada Senin, 17 Februari 2025, menilai bahwa pencapaian positif BCA didorong oleh solidnya Pre-Provision Operating Profit (PPOP) dan pertumbuhan kredit yang tetap kuat. Ia menambahkan bahwa biaya kredit atau credit cost (CoC) yang naik juga memberikan dampak temporer pada kinerja keuangan bank tersebut.
"Performa BCA cukup kuat, terutama didorong oleh Net Interest Margin (NIM) dan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) yang solid. Selain itu, pertumbuhan kredit yang masih kuat turut menyokong laba bersih," ujar Rahmanto.
Selain itu, peningkatan rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) ratio BCA menjadi 82,6% juga memberikan kontribusi signifikan. Perubahan pada asset mix dengan yield yang lebih tinggi turut mendukung NIM yang tercermin dalam Net Interest Income (NII) atau pendapatan bunga bersih sebesar Rp 6,7 triliun, naik 6,7% secara yoy.
Dari sisi intermediasi, BCA mencatat pertumbuhan kredit bank only sebesar 15% pada Januari 2025. Angka ini jauh melampaui proyeksi konsolidasi manajemen sepanjang 2025 yang berada di kisaran 6 hingga 8% yoy.
Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BBCA tetap terjaga dengan kenaikan sebesar 3,9%. Rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) juga dipertahankan pada level yang sehat di angka 79,7%.
Namun, biaya kredit atau credit cost (CoC) BCA pada Januari 2025 mengalami kenaikan menjadi 0,76%, naik drastis dari 0,29% pada Januari 2024. Rahmanto mengungkapkan bahwa peningkatan CoC ini lebih disebabkan oleh efek temporer, seperti liburan panjang di akhir Januari 2025, dan biasanya kinerja CoC akan membaik pada bulan berikutnya.
"Kenaikan CoC tersebut lebih disebabkan oleh efek temporer berupa liburan panjang yang terjadi pada akhir Januari 2025. Biasanya, kinerja CoC pada bulan berikutnya akan berbalik," jelas Rahmanto.
Secara keseluruhan, kinerja BBCA di awal 2025 menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan pertumbuhan labanya sekaligus menghadapi tantangan di sektor keuangan. Meskipun terdapat peningkatan biaya kredit, prospek BBCA ke depan tampaknya masih positif, didukung oleh strategi manajemen yang bijak dan fokus pada pertumbuhan berkelanjutan. Selama tahun 2025, BBCA diprediksi akan terus mengoptimalkan asset mix dan menjaga rasio dana murah untuk menjaga pertumbuhan yang stabil.
Dengan performa dan strategi yang ada, BBCA tetap menjadi salah satu pelaku utama di sektor perbankan Indonesia, menawarkan nilai lebih bagi para stakeholder-nya. Dengan demikian, BBCA siap menghadapi tantangan ekonomi di tahun-tahun berikutnya serta berupaya untuk terus memberikan hasil yang memuaskan bagi para pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan.