BI Turunkan Suku Bunga, Perbankan Diminta Percepat Kredit UMKM

Senin, 22 September 2025 | 08:25:01 WIB
BI Turunkan Suku Bunga, Perbankan Diminta Percepat Kredit UMKM

JAKARTA - Langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan ke level 4,75 persen pada September 2025 membuka peluang besar bagi percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun, manfaat kebijakan tersebut dinilai hanya akan optimal apabila industri perbankan mampu bergerak cepat dan menghadirkan inovasi pembiayaan, khususnya bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Anggota Komisi XI DPR, Amin Ak, menekankan bahwa penurunan suku bunga seharusnya bukan hanya dipandang sebagai kebijakan moneter semata, melainkan momentum penting bagi dunia perbankan untuk memperluas akses kredit secara lebih inklusif. “Jangan sekadar menunggu, tapi perlu inovasi dan langkah nyata agar kredit lebih mudah diakses, terutama oleh UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi kita,” ujarnya.

Dampak Penurunan Suku Bunga

Penyesuaian suku bunga acuan oleh BI dilakukan dengan sejumlah pertimbangan. Tujuan utamanya adalah menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, stabilitas inflasi, serta nilai tukar Rupiah. Kebijakan ini juga merespons perlambatan ekonomi global yang berpotensi menekan daya tahan ekonomi domestik.

Selain itu, BI turut meluncurkan kebijakan ekspansi likuiditas moneter dan makroprudensial longgar. Harapannya, biaya pinjaman di sektor perbankan bisa semakin rendah sehingga mendorong peningkatan kredit dan pembiayaan. 

Kebijakan ini dinilai memberi ruang lebih besar bagi dunia usaha untuk mendapatkan modal dengan biaya yang lebih ringan, sekaligus menjadi stimulus bagi penguatan sektor produktif.

Amin menilai, langkah BI tersebut akan semakin efektif jika diikuti peran aktif perbankan dalam memperluas akses pembiayaan. “Langkah BI tersebut akan semakin efektif bila perbankan juga membuka akses pembiayaan yang lebih inklusif dan tidak berbelit-belit,” tegasnya.

Perlu Inovasi Pembiayaan

Lebih lanjut, Amin mengingatkan agar industri perbankan tidak terpaku pada pola konvensional. Menurutnya, transformasi digital dan skema pembiayaan kreatif harus diperkuat demi menjangkau lebih banyak pelaku usaha.

Salah satu alternatif adalah menerapkan pembiayaan berbasis rantai pasok (supply chain financing). Skema ini memungkinkan pemasok kecil memperoleh pinjaman dengan jaminan invoice (tagihan) yang telah diterbitkan perusahaan besar. Dengan cara tersebut, arus kas pelaku usaha kecil tidak terganggu karena mereka bisa segera mengakses dana tanpa harus menunggu pembayaran dari pihak industri besar.

“Hal itu untuk mengatasi tersendatnya arus kas mereka, sehingga pemasok bisa segera mendapat dana untuk modal kerja tanpa harus menunggu pembayaran dari pabrik,” jelas Amin.

Selain itu, kolaborasi dengan perusahaan teknologi finansial (fintech) dinilai penting. Melalui kerja sama ini, perbankan dapat memperluas jangkauan pembiayaan, sekaligus menawarkan kredit berbunga rendah kepada sektor-sektor prioritas yang berperan besar dalam penciptaan lapangan kerja.

Dorongan Insentif bagi UMKM dan Ekspor

Di sisi lain, Amin juga meminta dukungan dari pemerintah untuk memberikan insentif khusus bagi UMKM serta sektor riil yang berorientasi ekspor. Menurutnya, dengan adanya stimulus tambahan, sektor produktif akan semakin terdorong untuk memperluas usahanya dan memperkuat daya saing nasional.

“Dengan kreativitas pembiayaan, perbankan tidak hanya mendukung konsumsi rumah tangga, tetapi juga mampu mendorong investasi dan memperkuat daya saing nasional,” tambahnya.

Pentingnya Sinergi Kebijakan

Amin menegaskan bahwa dampak positif dari penurunan suku bunga BI hanya akan dirasakan secara maksimal bila ada sinergi antar lembaga. Kebijakan moneter BI perlu selaras dengan kebijakan fiskal pemerintah dan inovasi sektor perbankan. Dengan demikian, efek pengganda (multiplier effect) terhadap perekonomian nasional dapat tercapai, sekaligus menjaga stabilitas Rupiah di tengah ketidakpastian global.

“Penurunan suku bunga adalah peluang, tapi hasilnya baru optimal bila semua pihak bergerak serentak. Perbankan harus berperan aktif sebagai motor penggerak pembiayaan bagi dunia usaha,” pungkas Amin.

Harapan bagi Pertumbuhan Ekonomi

Jika perbankan mampu merespons cepat kebijakan BI ini, peluang percepatan pertumbuhan ekonomi terbuka lebar. UMKM, sebagai tulang punggung perekonomian nasional, bisa lebih mudah mendapatkan akses modal. Hal ini tidak hanya berdampak pada kelancaran usaha mereka, tetapi juga membuka lebih banyak lapangan kerja serta meningkatkan daya beli masyarakat.

Secara keseluruhan, penurunan suku bunga acuan BI ke level 4,75 persen merupakan langkah strategis untuk menghadapi tantangan global dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. 

Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada bagaimana perbankan mengelola peluang ini. Dengan inovasi, kolaborasi, dan sinergi kebijakan, penurunan suku bunga tidak hanya menjadi angka di atas kertas, tetapi juga mampu menghadirkan perubahan nyata bagi pelaku usaha dan masyarakat luas.

Terkini